Assalamu'alaikum

Dari Kita Untuk Kita Buat Dunia

Our Works Collaboration

Skills

Leadership and Organize
Network and Communication
Write (Fiction and Non-Fiction)
Who we actually?

K-PED

Komunitas Pena Idaqu

This community to explore their interests, hobbies and talents.

This blog to publish the students Idaqu works.

Development

Basic Writing

Improving writing skills, editing skills, and choose the style = creative or academic writing

Self-Development

Nurturing mindfulness, empathy, and self-compassion

Networking

Communicate each other, giving idea, and collaboration (outside community)

Analyzing

Train critical thinking skills

Our Works

Kontekstualisasi Nilai-nilai Ajaran Islam


Kontekstualisasi Nilai-nilai Ajaran Islam terhadap Pemeluk Lintas Agama 

dalam Menangkal Isu-isu Intoleransi Beragama di Indonesia

 


Oleh: Zukhruful Irbah

Editor: Aldi Rahman

 


            Akhir-akhir ini sering kita jumpai berbagai masalah timbul dikarenakan perbedaan pemahaman antara satu kelompok dengan kelompok lain, salah satunya karena perbedaan agama. Hal ini muncul di tengah krisis bangsa yang di dera berbagai permasalahan, utamanya yakni masalah krisis intoleransi beragama. Kekacauan terjadi pada komunitas keagamaan seringkali disebabkan kurangnya kesadaran beragama yang toleran sehingga memunculkan beragam konflik hingga menjadikan sulit terciptanya keadaan atau lingkungan yang aman dan kondusif.


            Indonesia dihuni mayoritas muslim yang mencapai 86,9 % jumlah keseluruhan, maka populasi pemeluk agama terbesar ialah Islam. Islam hadir di dunia sebagai rahmatan lil ‘alamin, sebagai sebuah sistem kehidupan yang begitu komprehensif, mengatur kebijakan mulai dari hal-hal sederhana hingga kompleks. Tata cara kehidupan seorang muslim terangkum dalam Al-Qur’an dan Hadis, baik tentang etika beribadah maupun berinteraksi dengan lingkungannya. Nilai dan konsep toleransi yang bersumber daripada keduanya menjadi pijakan seorang Muslim di dalam pengamalannya.


            Sebagai umat beragama kita mendambakan kedamaian, namun hal tersebut tak lantas terwujud tanpa adanya sikap toleransi. Hubungan kerukunan dan sikap toleransi ini bersifat kausalitatif, yang mana toleransi seakan menjadi syarat mutlak dalam fondasi kerukunan. Agama Islam menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan dan menyerukan pula interaksi sosial yang bersifat universal dengan asas persamaan dan persaudaraan. Oleh karenanya, ajaran-ajaran Islam ini seharusnya menjadi jawaban daripada konflik-konflik intoleransi beragama ataupun asumsi-asumsi negatif yang kerapkali di lontarkan kepada Islam maupun sesama Muslim sendiri.

  

Islam bukanlah agama radikalis


            Radikalisme identik dengan kekerasan dan sifatnya yang tidak terbuka terhadap segala hal yang berasal dari “luar". Ada beberapa kelompok dalam Islam yang menggunakan propaganda agama sebagai kepentingan pribadi hingga tatanan sosial dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Mereka memiliki cara pandang yang salah dalam menerapkan ajaran Islam sesungguhnya. Ketidakterbukaan hati dalam menerima berbagai perbedaan, menyebabkan permusuhan dan maraknya kasus intoleransi beragama, hal ini tentu berlaku untuk agama apapun.

          

            Dengan alasan fanatisme agama, mereka seringkali melakukan tindakan diluar batas, dengan cara memaksakan ideologi yang telah dianutnya. Dengan paksaan, kekerasan, serta mengabaikan sisi kemanusiaan. Hal tersebut tentu sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam. Allah SWT memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menganut agama yang dipilihnya tanpa adanya unsur paksaan sekalipun di dalam mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari. Hal ini pula diatur di dalam perundang-undangan maupun konstitusi terkait kehidupan berbangsa dan bernegara.


            Sebagai agama mayoritas dan rahmatan lil ‘alamin (agama mengayomi seluruh alam) Islam hadir bukan untuk menghapus agama-agama yang telah ada. Tetapi Islam lantas menawarkan realitas kedamaian melalui pendekatan dialog serta toleransi dalam bentuk saling menghormati agama masing-masing. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam beragama tersebut merupakan salah satu dari kehendak Allah. Dasarnya umat manusia itu tunggal, namun mereka saling berpencar-pencar bersama keyakinan yang mereka bawa masing-masing.


Islam adalah agama kasih sayang

          Saling menghargai dalam setiap perbedaan keyakinan merupakan sebuah sebuah konsep yang unik dalam Islam. Hasil dari prinsip tersebut adalah melahirkan spirit taqwa dalam beragama, yang kemudian dari taqwa tersebut akan menciptakan rasa kasih sayang dan persaudaraan secara universal. Dengan persaudaraan, perasaan saling mengasihi, maka persaudaraan ini akan menjadi pelindung hak-hak orang lain terutama masyarakat minoritas dengan diterimanya sebuah perbedaan dalam masyarakat Islam. Melalui persaudaraan secara universal inilah akan tercipta perdamaian, keadilan, kerja sama saling menguntungkan, serta meminimalisir terjadinya konflik.


            Dalam fakta sejarah terjadi di zaman Nabi yakni melalui peristiwa historis piagam Madinah. Dalam piagam tersebut terdapat poin mengenai sikap toleransi beragama, tidak menyakiti dan saling melindungi. Ini merupakan salah satu contoh mengenai kemerdekaan prinsip beragama yang telah di contohkan Nabi, baik dalam Al-Qur’an dan Hadis secara sahih mengajarkan prinsip dan sikap toleransi. Saling tolong-menolong muncul karena adanya pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan badan, tatkala saling menyakiti satu sama lain nantinya akan memudarkan sifat kemanusiaan. Tolong-menolong ialah inti daripada toleransi yang menjadikannya prinsip paling kuat di dalam Islam.


            Persaudaraan pada Islam melampaui sekat-sekat seperti saudara kandung, keluarga, melainkan kekuatan ikatan iman dan kepercayaan. Maka tentu Islam menyakini bahwa damai, kasih sayang, persaudaraan merupakan kartu yang senantiasa dibawa disetiap perjalanan sejarahnya. Bahwa Islam menawarkan jalan perdamaian, hal ini tentu di dambakan seluruh masyarakat di dunia. Kedamaian ialah nikmat terbesar dalam komunitas sosial yang patut disyukuri. Dikarenakan gesekan yang terjadi dalam masyarakat ialah hal normal. Tetapi tentunya ada beberapa orang yang berusaha merusak perdamaian. Maka Islam merupakan solusi untuk mengurangi potensi pengrusakan kedamaian. 


Islam berperan menjaga persatuan tanpa penindasan


            Sebelum Islam tiba telah banyak penindasan terjadi di kalangan minoritas, yakni orang miskin dan wanita. Lalu Islam hadir membawa cahaya bagi mereka atas tindakan ketidakberperikemanusiaan yang bisa saja mereka alami dalam termin tanpa akhir. Kemudian Islam datang dan mengangkat derajat kaum-kaum tersebut, memuliakan wanita serta memberi hak-haknya sebagai seorang manusia. Nilai-nilai Islam banyak mengandung tentang prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) sejati. Islam menempatkan kedudukan manusia sejajar dengan sesama manusia. Perbedaan derajat manusia yang ada dalam Islam didasarkan pada konsep ketaqwaan dan keimanan kepada Allah, sehingga secara tidak langsung Islam sendiri telah memberikan kontribusi dalam perkembangan prinsip-prinsip HAM.


            Islam tidak menghendaki jenis penindasan apapun, baik psikis ataupun fisik. Sekalipun dalam pelaksanaannya memiliki tujuan baik, namun Islam tidak memperkenankan menghalalkan berbagai cara apa lagi dengan menindas orang dan merampas haknya. Tetapi di belahan dunia lain bahwa penindasan pada masyarakat Islam terus terjadi. Rohingya dan Palestina contohnya, kemudian dibela oleh beberapa negara Islam. Sayang disaat masyarakat muslim China Uighur berada dalam masalah, sedikit bantuan datang. Hal ini dikarenakan banyak negara terlibat investasi dengan China, yang mau tak mau mereka harus tetap bersahabat dan menjalin kerjasama. Solidaritas yang kurang ini terjadi dikarenakan mereka lebih mengutamakan kepentingan ekonomi negaranya masing-masing. Padahal agama Islam seharusnya lebih solid, lebih empati dan juga menjalin persaudaraaan dengan sesama Muslim maupun antar negara Islam.


            Kaum minoritas yang seringkali tertindas layak mendapatkan perlindungan. Hidup bermasyarakat yang damai. Hidup bermasyarakat tanpa adanya sedikitpun tindakan penindasan dan kekerasan. Islam tidak mengajarkan untuk mengucilkan kaum minoritas, namun Islam menjunjung tinggi nilai semangat persatuan. Persatuan inilah yang harus senantiasa dibina agar komunitas Muslim maupun non-Muslim dapat menjalin ukhuwah persaudaraan, saling melindungi, saling mendukung, dengan begitu maka akan tercipta kondisi lingkungan yang aman dan negara yang damai.


            Sejak lahirnya, Islam tentu telah memuat aturan untuk bagaimana bersikap toleransi terhadap pemeluk lintas agama. Begitu banyak ayat Al-Qur'an dan Hadis yang menjelaskan keutamaan di dalam memberikan manfaat kepada orang lain, sekalipun orang tersebut ialah seorang non-Muslim. Kegiatan amal ibadah yang tetap berlandaskan jiwa sosial dan kemanusiaan menjadikannya kewajiban bagi diri seorang Muslim terdorong untuk mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari.


            Asumsi buruk mengenai Islam oleh sebagian kalangan tidaklah terbukti demikian. Islam bukan agama yang keras dan intoleran. Cap negatif pada Islam ialah hasil dari Islamophobia yang konsisten digaungkan Barat dan juga kaum ekstrem pembenci Islam. Padahal keberadaan agama Islam ialah penyelamat bagi kaum minoritas. Maka Islam adalah agama yang harus benar-benar dipahami secara utuh, agar tidak salah langkah dalam memberikan asumsi ataupun dalam pengalamannya sendiri.


            Nilai-nilai toleransi dalam ajaran Islam menjadi dasar dalam pelaksanaan demokrasi. Tanpa adanya sikap toleransi, maka masyarakat tidak akan bisa menyuarakan suaranya dengan lugas dan bebas. Hal tersebut tentu menjadikan sulitnya praktik pelaksanaan demokrasi di Indonesia, terutama bagi kaum minoritas. Bangsa Indonesia memiliki nilai toleransi demokrasi yang tinggi dikarenakan ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Kita perlu menanamkan sikap demokrasi tersebut apalagi yang menyangkut HAM. Jangan sampai kita biarkan demokrasi itu di salah gunakan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi memenuhi kepentingan pribadi dan golongannya. Melalui ajaran Islam ini nilai-nilai toleran akan semakin menguat, dengan demikian tercipta lingkungan yang aman dan negara yang damai setelahnya dapat terwujud.


Daftar Bacaan


Ariyanti, H. (2019). Merdeka. https://www.merdeka.com/dunia/bungkamnya-negara-negara-islam-atas-penindasan-muslim-uighur-di-china.html.

Amanda, R. (2018). Historisitas Pemikiran Fundamentalis-Ekstrimis dalam Agama Islam. Jurnal As-Salam2(1), 37–52. https://doi.org/10.37249/as-salam.v2i1.8.

Choiron, A. (2017). Islam dan Masalah Kemanusiaan Perspektif Pendidikan Pembebasan. Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam12(1), 87–116.

Dimas Bayu. (2022). Data Indonesia. https://dataindonesia.id/ragam/detail/sebanyak-869-penduduk-indonesia-beragama-islam.

Hasby, G. (2017). Konseptualisasi Kemiskinan dan Penindasan Perspektif Farid Esack. Diya Al-Afkar: Jurnal Studi Al-Quran Dan Al-Hadis5(02), 339. https://doi.org/10.24235/sqh.v5i02.4345.

Mokodenseho, S., & Wekke, I. S. (2017). Toleransi Beragama dan Pembelajaran Agama Islam. Prosiding Seminar Nasional &Temu Ilmiah Jaringan Peneliti, 67–75. http://ejournal.iaida.ac.id/index.php/proceeding/article/view/131.

Nasution, A. S. A. (2019). Perbudakan dalam Hukum Islam. AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah15(1), 95–102. https://doi.org/10.15408/ajis.v15i1.2852.

Sarwono, Y. (2020). Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perpektif Islam (Suatu Tinjauan Historis) Oleh : Aslati, M. Ag Abstrak. 1–9.


Collaboration

Phone :

-

Address :

IDAQU
Cipondoh Makmur, Kota Tangerang, Banten

Email :

penaidaqu@gmail.com